KBRN Bondowoso : Setelah dua tahun vakum karena pandemi Covid-19. Akhirnya, Pemerintah Kabupaten Bondowoso melalui Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) menggelar pawai budaya dalam rangka hari jadi Bondowoso (Harjabo). Rencananya kegiatan yang mengambil tajuk
BONDOWOSO, – Rintik air langit turun bersamaan, Sabtu 11/9/2021 sore. Sebelum adzan Ashar bergema. Tidak begitu deras tapi butiran air itu jatuh menghujam bumi hingga lepas Maghrib. Marta tegap duduk sembari menghibur Dony. Keduanya adalah Pedagang Kaki Lima PKL di alun-alun Ki Ronggo, Kabupaten Bondowoso. “Gak bisa pulang ini, Don. Bukannya reda, malah makin deras. Hujan deras pertama di musim kemarau ini,” tutur Marta, penjual aneka minuman hangat dan Surma ini. Warga Desa Sukowiryo, Kecamatan/Kabupaten Bondowoso ini sejak pukul WIB membuka lapaknya di sisi barat alun-alun. “Biasanya pulang ba’da Maghrib. Tapi Ashar masih hujan begini, sebentar lagi tutup. Siapa yang mau beli habis hujan deras? Lebih baik pulang,” tutur pemilik Angkringan Bunda tersebut. Pada kondisi normal, ia bisa meraup pendapatan kotor Rp 500 ribu per hari. Jika sepi, maksimal Rp 200 ribu per hari. “Biasanya malam Minggu banyak yang datang. Tapi, namanya rezeki tidak ada yang tahu. Tiba-tiba hujan deras. Ya harus diterima ikhlas. Kalau sudah biasa, gak kaget. Bagi yang gak biasa, mungkin lesu,” terang mantan pekerja di PLTU Paiton Probolinggo ini melempar senyum ringan. Bola mata Marta melirik ke kanan. Memang ada barisan pemotor dengan gerobak di belakangnya. Mereka duduk termenung. Ada yang mewarnainya dengan menelpon dan video call. Ada juga yang hanya memandangi langit penuh harap. Produk yang dibawa bervariasi. Telur gulung, cilok, tanglor, bakso, cimol dan lainnya. “Ah, nekatlah. Saya pulang saja,” sergah Dony, pedagang bakwan di samping Marta. Di dalam etalase mini di atas gerobak yang dibawa, masih tersisa separo bakwan yang belum terjual. “Mungkin di perjalanan pulang ada rezeki. Daripada menunggu di sini,” ucapnya optimis. Berkah justru didapat oleh pedagang mie ayam yang berada dalam naungan sebuah bangunan. “Mie ayam satu dan jeruk hangat satu, Bu,” pesan seorang pemotor usai memarkir motornya di tepi jalan itu. Di dalam ruangan itu, sudah ada beberapa muda-mudi yang duduk bersama. Menikmati mie ayam dan minuman hangat sembari memandangi langit yang terus menangis’ hingga petang. Deni.
PolresMadiun – Kapolres Madiun Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Anton Prasertyo, melalui panit Reskrim Polsek Mejayan, Ajun Inspektur Polisi Satu (AIPTU) Edi Prasojo bersama 2 anggota melaksanakan strong point antisipasi balap liar di Alun – alun Caruban Jalan MT Haryono Kelurahan Krajan Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Rabu malam
BONDOWOSO, – Hari pertama puasa, sejumlah petugas gabungan di Bondowoso langsung tancap gas untuk operasi yustisi. Fokusnya yaitu pemuda-pemudi yang tidak memakai masker di Alun-Alun Bondowoso, kemarin 3/4. Baca Juga  Larang Pemakaian Ponsel, Sistem Pendidikan Tetap Salaf Operasi dilakukan untuk memberikan peringatan kepada sejumlah pemuda yang tidak memakai masker. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, pada hari pertama buka puasa tersebut, Alun-Alun Bondowoso menjadi sasaran para pemuda untuk menghabiskan waktu malamnya setelah berbuka puasa. Tidak sedikit mereka yang melepas masker. Anggota Koramil Pujer, Serda Syahpudin mengatakan, operasi tersebut dilakukan setiap malam. “Tapi tempatnya berbeda-beda,” terangnya. Selain itu, operasi tersebut dilakukan untuk mendisiplinkan masyarakat dalam menjaga diri dari virus Covid-19 yang masih belum punah di Bondowoso. Operasi yang dilakukan setiap malam itu juga dilakukan anggota Polres Bondowoso, TNI, dan satpol PP. “Biasanya lengkap sama BPBD dan tim kesehatan. Tapi, kalau malam tidak hadir. Mungkin ada halangan,” terangnya. Pendisiplinan pemakaian masker tersebut tidak hanya pada pembeli yang nongkrong. Tetapi juga dilakukan pemeriksaan pada pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Alun-Alun Bondowoso. Terdapat sejumlah pemuda yang saat itu diinterogasi oleh petugas operasi gabungan tersebut. Di antaranya Ubaydillah, warga asal Desa Pekalangan, Kecamatan Tenggarang. Dirinya mengaku, saat berangkat lupa untuk membawa masker. “Lupa bawa masker,” ucapnya. mg5/c2/dwi BONDOWOSO, – Hari pertama puasa, sejumlah petugas gabungan di Bondowoso langsung tancap gas untuk operasi yustisi. Fokusnya yaitu pemuda-pemudi yang tidak memakai masker di Alun-Alun Bondowoso, kemarin 3/4. Baca Juga  Larang Pemakaian Ponsel, Sistem Pendidikan Tetap Salaf Operasi dilakukan untuk memberikan peringatan kepada sejumlah pemuda yang tidak memakai masker. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, pada hari pertama buka puasa tersebut, Alun-Alun Bondowoso menjadi sasaran para pemuda untuk menghabiskan waktu malamnya setelah berbuka puasa. Tidak sedikit mereka yang melepas masker. Anggota Koramil Pujer, Serda Syahpudin mengatakan, operasi tersebut dilakukan setiap malam. “Tapi tempatnya berbeda-beda,” terangnya. Selain itu, operasi tersebut dilakukan untuk mendisiplinkan masyarakat dalam menjaga diri dari virus Covid-19 yang masih belum punah di Bondowoso. Operasi yang dilakukan setiap malam itu juga dilakukan anggota Polres Bondowoso, TNI, dan satpol PP. “Biasanya lengkap sama BPBD dan tim kesehatan. Tapi, kalau malam tidak hadir. Mungkin ada halangan,” terangnya. Pendisiplinan pemakaian masker tersebut tidak hanya pada pembeli yang nongkrong. Tetapi juga dilakukan pemeriksaan pada pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Alun-Alun Bondowoso. Terdapat sejumlah pemuda yang saat itu diinterogasi oleh petugas operasi gabungan tersebut. Di antaranya Ubaydillah, warga asal Desa Pekalangan, Kecamatan Tenggarang. Dirinya mengaku, saat berangkat lupa untuk membawa masker. “Lupa bawa masker,” ucapnya. mg5/c2/dwi BONDOWOSO, – Hari pertama puasa, sejumlah petugas gabungan di Bondowoso langsung tancap gas untuk operasi yustisi. Fokusnya yaitu pemuda-pemudi yang tidak memakai masker di Alun-Alun Bondowoso, kemarin 3/4. Baca Juga  Larang Pemakaian Ponsel, Sistem Pendidikan Tetap Salaf Operasi dilakukan untuk memberikan peringatan kepada sejumlah pemuda yang tidak memakai masker. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, pada hari pertama buka puasa tersebut, Alun-Alun Bondowoso menjadi sasaran para pemuda untuk menghabiskan waktu malamnya setelah berbuka puasa. Tidak sedikit mereka yang melepas masker. Anggota Koramil Pujer, Serda Syahpudin mengatakan, operasi tersebut dilakukan setiap malam. “Tapi tempatnya berbeda-beda,” terangnya. Selain itu, operasi tersebut dilakukan untuk mendisiplinkan masyarakat dalam menjaga diri dari virus Covid-19 yang masih belum punah di Bondowoso. Operasi yang dilakukan setiap malam itu juga dilakukan anggota Polres Bondowoso, TNI, dan satpol PP. “Biasanya lengkap sama BPBD dan tim kesehatan. Tapi, kalau malam tidak hadir. Mungkin ada halangan,” terangnya. Pendisiplinan pemakaian masker tersebut tidak hanya pada pembeli yang nongkrong. Tetapi juga dilakukan pemeriksaan pada pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Alun-Alun Bondowoso. Terdapat sejumlah pemuda yang saat itu diinterogasi oleh petugas operasi gabungan tersebut. Di antaranya Ubaydillah, warga asal Desa Pekalangan, Kecamatan Tenggarang. Dirinya mengaku, saat berangkat lupa untuk membawa masker. “Lupa bawa masker,” ucapnya. mg5/c2/dwi
Meskibegitu, sebelum dilakukan pemindahan, menurut Wabup Irwan, untuk sementara waktu, PKL Alun-alun masih bisa berjualan pada malam hari, namun tidak boleh pagi hari. ”Kedepan, Alun-alun tidak boleh ada kegiatan-kegiatan jual beli. Karena, kegiatan di alun-alun kedepannya akan tersentralistik dan menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH
Bagai hutan yang menjadi paru-paru dunia, keberadaan Alun-alun pun berfungsi sama untuk kota. Memberikan udara segar, sekaligus menambah cantik tata ruang perkotaan, termasuk Alun-alun Mojokerto. Lokasinya berada di Jalan Veteran, Mergelo, Magersari. Tepat di seberang Masjid Agung Al Fatah, masjid tertua setempat. Dalam beberapa tahun terakhir kawasan ini terus direnovasi dan mengalami sejumlah pembaharuan konsep. Tampilannya jadi lebih apik dan ramah pengunjung, termasuk untuk dikunjungi pada malam hari. Bangunan Tugu Tugu di dalam kompleks alun-alun c Dwi Wahyu Intani/TravelingyukSebagai bentuk upaya peremajaan pariwisata di Mojokerto, tugu di dalam alun-alun direnovasi agar lebih hidup dan menarik perhatian. Di tengah halaman luas, bediri sebuah tugu merah putih kokoh dengan sentuhan cahaya biru laut di malam hari. Tugu ini juga dikelilingi area bermain untuk anak-anak. Wahana Permainan Skuter Anak Wahana permainan skuter c Dwi Wahyu Intani/TravelingyukAlun-alun Mojokerto kini juga diramaikan wahana skuter anak unik dan cantik. Sedikit berbeda dari skuter pada umumnya, skuter di sini diberi sentuhan kerangka warna-warni apik dengan bentuk beragam. Mulai dari kupu-kupu, Doraemon, kucing, dan karakter kesukaan anak- anak lainnya. Dengan demikian, kawasan alun-alun tak hanya bisa digunakan mencari udara segar bagi kalangan dewasa namun juga wahana bermain anak-anak yang terjangkau. Lampion Bunga Warna – Warni Berfoto di dekat lampion bunga-bunga c Dwi Wahyu Intani/TravelingyukSelain wahana permainan, sisi lain tugu juga dilengkapi kelap-kelip lampion indah yang berbentuk bunga tulip warna-warni, disusun teratur di tepian jalan. Cahaya temaramnya semakin menambah kesan tak terlupakan saat berkunjung ke sini. Dekorasi cantik ini tak hanya menarik perhatian anak – anak, namun juga memanjakan kalangan dewasa. Tak heran jika kerap ada banyak pengunjung berebut ingin berfoto di area lampion ini. Patung Gajah Berpose di depan Patung Gajah c Dwi Wahyu Intani/TravelingyukDi luar konsep permainan warna, Alun-alun Mojokerto juga berhiaskan patung gajah keren. Posisinya berada di dekat gapura halaman. Area sekitarnya dikelilingi tumbuhan hijau segar dan pencahayaan temaram. Hal ini jadi daya tarik tersendiri, mengundang pengunjung untuk semakin antusias datang ke alun-alun. Gapura Khas Majapahit Gapura Khas Majapahit c Dwi Wahyu Intani/TravelingyukKonsep baru Alun-alun Mojokerto sepertinya ingin menonjolkan ciri khas kota sebagai pusat Kerajaan Majapahit. Hal tersebut nampak dari kehadiran gapura merah bata dengan arsitektur khas zaman kerajaan di masa lampau. Gapura ini sekaligus menjadi pintu masuk kawasan alun-alun. Banyak Pedagang Keliling Pedagang keliling di sekitar alun-alun c Dwi Wahyu Intani/TravelingyukJalan-jalan di malam hari tak lengkap rasanya tanpa makanan atau minuman untuk melepas dahaga. Untungnya di sekitar Alun-alun Mojokerto terdapat area khusus untuk pedagang keliling. Teman Traveler bisa menikmati suasana malam khas perkotaan lebih santai, tanpa takut kelaparan atau kehausan. Bagaimana Teman Traveler, tertarik mengunjungi Alun-alun Mojokerto di malam hari? Ruang publik ini juga masih memiliki area potret, olahraga, dan hiburan menarik lainnya lho. Advertisement Tags Indonesia Jawa Timur kontributor Mojokerto Travelingyuk wisata mojokerto
KepalaBidang Perlindungan Lingkungan Hidup dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bondowoso, Syahrial Fary, ST MSi, mengatakan bahwa untuk menyambut peringatan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia itu, pihaknya mulai merenovasi dan menata Alun-alun kota agar lebih representatif dan indah.
BONDOWOSO, – Hiasan berbentuk burung garuda, naga, hingga ular terlihat menawan dipadukan dengan kendaraan roda dua yang ditarik menggunakan kuda. Ya, ketika sore hari pemandangan tersebut selalu tersaji di pusat kota Bumi Ki Ronggo. Sejumlah delman itu merupakan salah satu wisata yang dikenal dengan nama Bendi Wisata Bondowoso. Biasanya bendi-bendi wisata ini mulai beroperasi dari sore hari, kemudian berhenti pada malam hari. Berbagai lika-liku ternyata sudah mereka alami dari awal hingga saat ini. Termasuk harus menghadapi kerasnya hantaman pandemi Covid-19. Biasanya, dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung, bendi wisata itu akan memutari alun-alun sebagai rute utama. Tapi, setelah adanya pandemi, tidak jarang mereka harus mengubah rute sehingga lebih jauh, akibat dari penutupan alun-alun yang sering dilakukan beberapa waktu terakhir. Misnawi, 52, Ketua Paguyuban Bendi Wisata Bondowoso, menjelaskan, pendapatan mereka dari melayani pengunjung yang ingin naik delman tersebut berkurang saat pandemi. Pasalnya, dalam satu hari beroperasi, mereka hanya bisa menghasilkan maksimal Rp 100 ribu. Bahkan tidak jarang, penghasilan mereka berada di bawah angka tersebut. “Kalau pendapatan keuangan jauh berkurang memang,” katanya ketika dikonfirmasi Jawa Pos Radar Ijen. Tak hanya itu, menurut Misnawi, dalam beberapa bulan terakhir mereka sempat tidak dapat beroperasi. Mengingat alun-alun ditutup total akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat PPKM. Beruntung, saat ini penutupan alun-alun hanya dilakukan pada malam hari. Jadi, mereka tetap bisa beroperasi, walaupun pada malam hari harus mengganti rute yang biasa mereka lewati. Jika alun-alun ditutup, biasa mereka beroperasi ke arah barat. Melalui Kelurahan Badean, Kota Kulon, dan kembali ke tempat awal di selatan alun-alun atau di depan Masjid Agung At Taqwa. “Ya, alhamdulillah masih bisa beroperasi,” tutur pria asal Desa Kajar ini. Untuk dapat menikmati sensasi menaiki bendi wisata, pengunjung cukup membayar dengan tarif Rp 30 ribu untuk dua kali putaran. Baik mengelilingi alun-alun ataupun melalui jalur Pekauman hingga Kota Kulon. “Sama, Rp 30 ribu untuk dua putaran,” cetusnya. Paguyuban Bendi Wisata, menurut Misnawi, juga sudah melakukan antisipasi terkait kotoran kuda hingga sisa pakan kuda. Biasanya, mereka menyediakan wadah khusus untuk kotorannya. Hal itu dinilai sebagai wujud upaya menjaga lingkungan tetap bersih. “Dari dulu memang dibentuk kebersihannya. Selalu dijaga,” pungkasnya. c2/lin BONDOWOSO, – Hiasan berbentuk burung garuda, naga, hingga ular terlihat menawan dipadukan dengan kendaraan roda dua yang ditarik menggunakan kuda. Ya, ketika sore hari pemandangan tersebut selalu tersaji di pusat kota Bumi Ki Ronggo. Sejumlah delman itu merupakan salah satu wisata yang dikenal dengan nama Bendi Wisata Bondowoso. Biasanya bendi-bendi wisata ini mulai beroperasi dari sore hari, kemudian berhenti pada malam hari. Berbagai lika-liku ternyata sudah mereka alami dari awal hingga saat ini. Termasuk harus menghadapi kerasnya hantaman pandemi Covid-19. Biasanya, dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung, bendi wisata itu akan memutari alun-alun sebagai rute utama. Tapi, setelah adanya pandemi, tidak jarang mereka harus mengubah rute sehingga lebih jauh, akibat dari penutupan alun-alun yang sering dilakukan beberapa waktu terakhir. Misnawi, 52, Ketua Paguyuban Bendi Wisata Bondowoso, menjelaskan, pendapatan mereka dari melayani pengunjung yang ingin naik delman tersebut berkurang saat pandemi. Pasalnya, dalam satu hari beroperasi, mereka hanya bisa menghasilkan maksimal Rp 100 ribu. Bahkan tidak jarang, penghasilan mereka berada di bawah angka tersebut. “Kalau pendapatan keuangan jauh berkurang memang,” katanya ketika dikonfirmasi Jawa Pos Radar Ijen. Tak hanya itu, menurut Misnawi, dalam beberapa bulan terakhir mereka sempat tidak dapat beroperasi. Mengingat alun-alun ditutup total akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat PPKM. Beruntung, saat ini penutupan alun-alun hanya dilakukan pada malam hari. Jadi, mereka tetap bisa beroperasi, walaupun pada malam hari harus mengganti rute yang biasa mereka lewati. Jika alun-alun ditutup, biasa mereka beroperasi ke arah barat. Melalui Kelurahan Badean, Kota Kulon, dan kembali ke tempat awal di selatan alun-alun atau di depan Masjid Agung At Taqwa. “Ya, alhamdulillah masih bisa beroperasi,” tutur pria asal Desa Kajar ini. Untuk dapat menikmati sensasi menaiki bendi wisata, pengunjung cukup membayar dengan tarif Rp 30 ribu untuk dua kali putaran. Baik mengelilingi alun-alun ataupun melalui jalur Pekauman hingga Kota Kulon. “Sama, Rp 30 ribu untuk dua putaran,” cetusnya. Paguyuban Bendi Wisata, menurut Misnawi, juga sudah melakukan antisipasi terkait kotoran kuda hingga sisa pakan kuda. Biasanya, mereka menyediakan wadah khusus untuk kotorannya. Hal itu dinilai sebagai wujud upaya menjaga lingkungan tetap bersih. “Dari dulu memang dibentuk kebersihannya. Selalu dijaga,” pungkasnya. c2/lin BONDOWOSO, – Hiasan berbentuk burung garuda, naga, hingga ular terlihat menawan dipadukan dengan kendaraan roda dua yang ditarik menggunakan kuda. Ya, ketika sore hari pemandangan tersebut selalu tersaji di pusat kota Bumi Ki Ronggo. Sejumlah delman itu merupakan salah satu wisata yang dikenal dengan nama Bendi Wisata Bondowoso. Biasanya bendi-bendi wisata ini mulai beroperasi dari sore hari, kemudian berhenti pada malam hari. Berbagai lika-liku ternyata sudah mereka alami dari awal hingga saat ini. Termasuk harus menghadapi kerasnya hantaman pandemi Covid-19. Biasanya, dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung, bendi wisata itu akan memutari alun-alun sebagai rute utama. Tapi, setelah adanya pandemi, tidak jarang mereka harus mengubah rute sehingga lebih jauh, akibat dari penutupan alun-alun yang sering dilakukan beberapa waktu terakhir. Misnawi, 52, Ketua Paguyuban Bendi Wisata Bondowoso, menjelaskan, pendapatan mereka dari melayani pengunjung yang ingin naik delman tersebut berkurang saat pandemi. Pasalnya, dalam satu hari beroperasi, mereka hanya bisa menghasilkan maksimal Rp 100 ribu. Bahkan tidak jarang, penghasilan mereka berada di bawah angka tersebut. “Kalau pendapatan keuangan jauh berkurang memang,” katanya ketika dikonfirmasi Jawa Pos Radar Ijen. Tak hanya itu, menurut Misnawi, dalam beberapa bulan terakhir mereka sempat tidak dapat beroperasi. Mengingat alun-alun ditutup total akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat PPKM. Beruntung, saat ini penutupan alun-alun hanya dilakukan pada malam hari. Jadi, mereka tetap bisa beroperasi, walaupun pada malam hari harus mengganti rute yang biasa mereka lewati. Jika alun-alun ditutup, biasa mereka beroperasi ke arah barat. Melalui Kelurahan Badean, Kota Kulon, dan kembali ke tempat awal di selatan alun-alun atau di depan Masjid Agung At Taqwa. “Ya, alhamdulillah masih bisa beroperasi,” tutur pria asal Desa Kajar ini. Untuk dapat menikmati sensasi menaiki bendi wisata, pengunjung cukup membayar dengan tarif Rp 30 ribu untuk dua kali putaran. Baik mengelilingi alun-alun ataupun melalui jalur Pekauman hingga Kota Kulon. “Sama, Rp 30 ribu untuk dua putaran,” cetusnya. Paguyuban Bendi Wisata, menurut Misnawi, juga sudah melakukan antisipasi terkait kotoran kuda hingga sisa pakan kuda. Biasanya, mereka menyediakan wadah khusus untuk kotorannya. Hal itu dinilai sebagai wujud upaya menjaga lingkungan tetap bersih. “Dari dulu memang dibentuk kebersihannya. Selalu dijaga,” pungkasnya. c2/lin Mengingatalun-alun ditutup total akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat ( PPKM ). Beruntung, saat ini penutupan alun-alun hanya dilakukan pada malam hari. Jadi, mereka tetap bisa beroperasi, walaupun pada malam hari harus mengganti rute yang biasa mereka lewati. 1 2 Tags Bondowoso Delman Previous article Next article 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID 6qx19vqRhYT5us2o5TyHEPXQ00e2akT1i92MZuKSmSDeQLtIeP_dDQ==
\n\n alun alun bondowoso malam hari
Tempatwisata di Bondowoso yang selanjutnya adalah Alun – Alun Bondowoso. Alun – alun Bondowoso merupakan salah satu tempat wisata terpopuler di Bondowoso. Tempat wisata ini nyaris tidak pernah sepi pengunjung baik itu saat hari libur dan akhir pekan, maupun di hari biasa. Di tempat ini, Anda dapat melakukan berbagai macam aktivitas wisata
KOTA KULON, Radar Ijen – Alun-alun menjadi salah satu pusat kegiatan di Bondowoso. Mulai dari sarana bermain, olahraga, berjualan, hingga kegiatan bersantai lainnya. Meski begitu, masih banyak masyarakat yang tak acuh untuk membuang sampah pada tempatnya. Terlihat tumpukan kecil sampah yang berada di beberapa titik. BACA JUGA Warga Curahnongko Geruduk BPN, Tuntut Pembebasan Lahan Tanpa Ganti Rugi Kabid Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup DLH Bondowoso Syahrial Fari menjelaskan, rutinitas kebersihan yang dilakukan oleh petugas dilaksanakan setiap hari. Kegiatan tersebut tak hanya dilakukan di alun-alun, melainkan semua ruang terbuka hijau RTH di Bondowoso. “Jadi, kita itu menangani 30 RTH,” ujarnya. Dia mengakui bahwa penanganan di Alun-Alun Bondowoso membutuhkan tenaga yang ekstra. Sebab, tempat tersebut juga ditempati oleh PKL. Sehingga tak hanya sampah daun yang menjadi masalah, tapi juga sampah plastik yang dihasilkan oleh pengunjung. “Karena kegiatan PKL dilaksanakan dari pagi sampai malam,” ujarnya. Adanya kontainer sampah di alun-alun sebagai salah satu solusi untuk mengatasi banyaknya sampah yang dibuang sembarangan oleh masyarakat. Bak tersebut dilakukan pengosongan setiap hari. “Begitu sudah penuh, langsung dipindah ke bagian pengangkutan,” bebernya. KOTA KULON, Radar Ijen – Alun-alun menjadi salah satu pusat kegiatan di Bondowoso. Mulai dari sarana bermain, olahraga, berjualan, hingga kegiatan bersantai lainnya. Meski begitu, masih banyak masyarakat yang tak acuh untuk membuang sampah pada tempatnya. Terlihat tumpukan kecil sampah yang berada di beberapa titik. BACA JUGA Warga Curahnongko Geruduk BPN, Tuntut Pembebasan Lahan Tanpa Ganti Rugi Kabid Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup DLH Bondowoso Syahrial Fari menjelaskan, rutinitas kebersihan yang dilakukan oleh petugas dilaksanakan setiap hari. Kegiatan tersebut tak hanya dilakukan di alun-alun, melainkan semua ruang terbuka hijau RTH di Bondowoso. “Jadi, kita itu menangani 30 RTH,” ujarnya. Dia mengakui bahwa penanganan di Alun-Alun Bondowoso membutuhkan tenaga yang ekstra. Sebab, tempat tersebut juga ditempati oleh PKL. Sehingga tak hanya sampah daun yang menjadi masalah, tapi juga sampah plastik yang dihasilkan oleh pengunjung. “Karena kegiatan PKL dilaksanakan dari pagi sampai malam,” ujarnya. Adanya kontainer sampah di alun-alun sebagai salah satu solusi untuk mengatasi banyaknya sampah yang dibuang sembarangan oleh masyarakat. Bak tersebut dilakukan pengosongan setiap hari. “Begitu sudah penuh, langsung dipindah ke bagian pengangkutan,” bebernya. KOTA KULON, Radar Ijen – Alun-alun menjadi salah satu pusat kegiatan di Bondowoso. Mulai dari sarana bermain, olahraga, berjualan, hingga kegiatan bersantai lainnya. Meski begitu, masih banyak masyarakat yang tak acuh untuk membuang sampah pada tempatnya. Terlihat tumpukan kecil sampah yang berada di beberapa titik. BACA JUGA Warga Curahnongko Geruduk BPN, Tuntut Pembebasan Lahan Tanpa Ganti Rugi Kabid Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup DLH Bondowoso Syahrial Fari menjelaskan, rutinitas kebersihan yang dilakukan oleh petugas dilaksanakan setiap hari. Kegiatan tersebut tak hanya dilakukan di alun-alun, melainkan semua ruang terbuka hijau RTH di Bondowoso. “Jadi, kita itu menangani 30 RTH,” ujarnya. Dia mengakui bahwa penanganan di Alun-Alun Bondowoso membutuhkan tenaga yang ekstra. Sebab, tempat tersebut juga ditempati oleh PKL. Sehingga tak hanya sampah daun yang menjadi masalah, tapi juga sampah plastik yang dihasilkan oleh pengunjung. “Karena kegiatan PKL dilaksanakan dari pagi sampai malam,” ujarnya. Adanya kontainer sampah di alun-alun sebagai salah satu solusi untuk mengatasi banyaknya sampah yang dibuang sembarangan oleh masyarakat. Bak tersebut dilakukan pengosongan setiap hari. “Begitu sudah penuh, langsung dipindah ke bagian pengangkutan,” bebernya.
Videoitu viral setelah diunggah di akun Facebook bernama Vendy Pradana dengan judul “Alun-Alun Bondowoso”, Minggu (3/1/2021). Perilaku tak pantas yang dilakukan seorang pemuda itu diduga di taman Alun-Alun Raden Bagus Asra Bondowoso saat malam hari karena suasana dalam kondisi sepi. Dia bertelanjang bulat sambil melompat dan berenang.

Suasana alun alun Ki Bagus Asra Bondowoso, Sabtu (5/5/2018) malam, berbeda dari hari biasa. Ya, malam itu sedang digelar event musik. Portaltiga.com - Suasana alun alun Ki Bagus Asra Bondowoso, Sabtu (5/5/2018) malam, berbeda dari hari biasa. Ya, malam itu sedang digelar event musik. Kamis, 04 Agu 2022 09:47 WIB;

Alunalun Kidul Jogja merupakan salah satu tujuan wisata yang tak boleh dilewatkan. Jaraknya yang tidak jauh dari pusat kota, Malioboro da berada di kawasan Keraton Yogyakarta, menjadikannya tak pernah sepi aktivitas. Dari pagi, siang hingga malam hari, tempat yang luas ini menjadi magnet untuk menarik banyak warga Jogja dan wisatawan untuk 6mUF7Mi.
  • t935xqqjg5.pages.dev/295
  • t935xqqjg5.pages.dev/764
  • t935xqqjg5.pages.dev/510
  • t935xqqjg5.pages.dev/682
  • t935xqqjg5.pages.dev/991
  • t935xqqjg5.pages.dev/522
  • t935xqqjg5.pages.dev/320
  • t935xqqjg5.pages.dev/927
  • t935xqqjg5.pages.dev/572
  • t935xqqjg5.pages.dev/402
  • t935xqqjg5.pages.dev/253
  • t935xqqjg5.pages.dev/114
  • t935xqqjg5.pages.dev/79
  • t935xqqjg5.pages.dev/134
  • t935xqqjg5.pages.dev/836
  • alun alun bondowoso malam hari